Minggu, 19 Desember 2010

Harajuku 原宿

Harajuku 原宿


Harajuku (原宿 “padang penginapan”) adalah nama umum untuk daerah sekitar Stasiun Harajuku di Yamanote Line di Shibuya bangsal dari Tokyo, Jepang. Setiap hari Minggu, orang muda berpakaian dalam berbagai gaya termasuk Gothic Lolita, visual kei, dan hiasan, serta cosplayers menghabiskan hari di Harajuku bersosialisasi. gaya busana dari beberapa pemuda ini jarang sesuai dengan satu gaya tertentu dan biasanya banyak mesh. Kebanyakan anak muda berkumpul di Jingu Bridge, yang merupakan sebuah jembatan penyeberangan yang menghubungkan Harajuku ke daerah tetangga Kuil Meiji.
Harajuku juga merupakan kota mode dunia, terkenal dengan street fashion yang unik Harajuku street style ini. Dipromosikan di media Jepang dan internasional seperti Kera, Tune, Gothic & Lolita Alkitab dan Buah. Banyak desainer terkemuka dan ide-ide fashion bermunculan dari Harajuku dan dimasukkan diri menjadi mode lain di seluruh dunia.
Harajuku juga merupakan distrik perbelanjaan besar yang mencakup merek internasional, merek sendiri, dan toko yang menjual pakaian anak-anak muda mampu.
LOKASI

Harajuku adalah daerah antara Shinjuku dan Shibuya. Landmark lokal termasuk markas besar NHK, Meiji Shrine, dan Yoyogi Park.
Kawasan ini memiliki dua jalan perbelanjaan utama, Omotesando dan Takeshita Jalan (Takeshita-dōri). Yang terakhir ini melayani mode pemuda dan memiliki toko kecil menjual Gothic Lolita, visual kei, rockabilly, hip-hop, dan punk pakaian, selain gerai makanan cepat saji dan sebagainya.
Omotesando baru-baru ini melihat peningkatan bukaan toko-toko fashion up-skala seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Prada. jalan ini kadang-kadang disebut sebagai “Champs-Élysées Tokyo”. Sampai tahun 2004, satu sisi jalan itu diduduki oleh Aoyama apāto Dōjunkai, apartemen Bauhaus-terinspirasi dibangun pada tahun 1927 setelah gempa bumi Kanto 1923. Pada tahun 2006 bangunan kontroversial dihancurkan oleh Mori Bangunan dan diganti dengan mal “Omotesando Hills” belanja, dirancang oleh Tadao Ando. Daerah yang dikenal sebagai “Ura-Hara”, jalan-jalan belakang Harajuku, merupakan pusat fashion Jepang untuk muda-merek orang seperti A Bathing Ape dan Undercover memiliki toko-toko di daerah tersebut.
SEJARAH

Harajuku seperti sekarang jejak akar kepada akhir Perang Dunia II. tentara AS dan keluarga mereka mulai menempati daerah yang dikenal sebagai Harajuku. Ini menjadi daerah di mana orang-orang muda penasaran berbondong-bondong untuk mengalami budaya yang berbeda.
Pada tahun 1958, Apartemen Tengah dibangun di daerah tersebut dan dengan cepat diduduki oleh perancang busana, model, dan fotografer. Pada tahun 1964, ketika Olimpiade datang ke Tokyo area Harajuku terus dikembangkan, dan gagasan tentang “Harajuku” perlahan mulai mengambil bentuk lebih konkrit.
Setelah Olimpiade orang-orang muda yang nongkrong di daerah itu, sering disebut sebagai zoku-Harajuku, atau suku Harajuku, mulai mengembangkan budaya yang berbeda dan gaya yang unik untuk kelompok-kelompok yang berbeda dan daerah. Dari gaya yang berbeda tumbuh budaya Harajuku sebagai tempat berkumpul untuk pemuda dan sebagai kiblat mode.
Styles

Istilah “Harajuku Girls” telah digunakan oleh media berbahasa Inggris untuk menggambarkan remaja berpakaian dalam setiap gaya busana yang berada di wilayah Harajuku. mode ini menanamkan beberapa terlihat dan gaya untuk membuat bentuk gaun yang unik. Tampilan cyber-punk mengambil pengaruh dari fashion gothic dan menggabungkan neon dan warna metalik. Namun, tidak sepopuler itu pada 1990-an.
gaya Punk di Harajuku lebih merupakan fashion daripada sebuah pernyataan. Its fashion terutama terdiri dari warna gelap, kotak-kotak, rantai, dan ritsleting. Gaya Punk juga merupakan salah satu mode lebih netral gender di Harajuku.
Ganguro adalah gaya yang melambangkan remaja Amerika rata-rata. Istilah diterjemahkan menjadi ‘bermuka hitam’. Tampilan dasar adalah apa Barat akan memanggil ‘gadis California’, dengan rambut dikelantang, kulit gelap, bulu mata dan kuku palsu. Tidak ada yang benar-benar yakin bagaimana Ganguro datang untuk menjadi. Banyak menganggap itu berasal dari awal 1990-an, ketika penyanyi dan artis Janet Jackson populer.
Cosplay lebih merupakan gaya kostum berbasis. Seorang penggemar cosplay biasanya akan berpakaian sebagai seorang tokoh fiksi atau ikon dari sebuah band, game, film, anime, atau manga.




Ura-Hara adalah bagian lain dari Harajuku, yang melayani penduduk kebanyakan laki-laki tertarik pada hip-hop, graffiti, dan skater fashion dan budaya [8] Ura-Hara. Dipandang sebagai lawan dari Harajuku di bahwa lebih tersembunyi dan reserved.
Selain Harajuku adalah mitra, yang dikenal sebagai Visual Kei. ini mengacu pada gaya band dan fanbase mereka. Istilah Visual Kei harfiah berarti ‘gaya visual musik’. Melodi dari musik band-band ini sering melakukan menyerupai rock tahun delapan puluhan, logam berat, atau techno, dalam beberapa kasus, suara adalah campuran yang baik dari tiga. mode ini dimulai tahun 1980-an, ketika band-band metal Amerika Serikat yang populer. penggemar Jepang mencintai bagaimana berhala mereka akan berpakaian panik dan cat makeup liar di wajah mereka, sehingga mereka mulai meniru gaya mereka. Meniru ini juga dikenal adalah bermain kostum, atau cosplay.
Dampak
Negara-negara seperti Kolombia telah memeluk budaya ini dan mengatur pertemuan dengan cara yang sama sebagai mitra Jepang mereka, sering diadakan di daerah sekitar dari Virgilio Barco Perpustakaan di Bogotá

Senin, 08 November 2010

Harajuku On Style



  • Sejarah HARAJUKU

Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama KamakuraTokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edokarena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelasBakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepiSungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah Kuil Meiji didirikan.
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.

Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.

SIAPA tidak kenal fashion style ala Harajuku? Sesuai dengan namanya, daerah yang memopulerkan gaya Harajuku adalah distrik Harajuku di Tokyo, Jepang.

Harajuku memang terkenal sebagai tempat "nongkrong" orang-orang yang stylish dan fashionable. Gaya Harajuku sendiri merupakan semacam street fashion atau fashion jalanan yang tidak mengenal peraturan.

Tampilan yang bertabrakan antara warna, corak, motif, ukuran, sampai jenis pakaian yang dipakai merupakan ciri khas fashion style yang satu ini. Harajuku style sebenarnya terbagi atas banyak subgaya seperti Lolita, Kogal, Gongaru, Cosplay, Yamanba, dan masih banyak lagi. Seperti apa sebenarnya gaya-gaya tersebut?

Lolita misalnya. Gaya ini mengadaptasi gaya boneka cantik dari Jepang dengan kulit putih pucat serta dandanan yang manis seperti boneka perempuan yang dijual di toko. Lolita terbagi menjadi beberapa macam gaya yaitu Gothic Lolita, Sweet Lolita, Classic Lolita, Punk Lolita, dan Wa Lolita. Semua style Lolita ini adalah untuk para wanita.

Sementara tidak mau kalah, para pria juga memiliki style Lolita yang diberi nama Ouji atau Kodona. Gothic Lolita orisinalnya melihat lagi ke masa lalu ketika pergerakan New Wave sedang hot-hot-nya di Inggris pada 80-an.

Gaya ini mencampur gaya boneka Lolita dengan gaya gothic yang terkenal "gelap", dari make up yang gelap sampai baju serbahitam. Sementara gaya Punk Lolita juga mirip dengan gaya Gothic Lolita, hanya perbedaannya pada detailnya seperti gelang dan kalung paku-pakuan, gambar tengkorak sampai rambut mohawk.

Namun, karena style dasarnya ala boneka maka campuran warna gelap dengan warna feminin seperti pink atau ungu pun tak terhindarkan. Di Indonesia, penyanyi Agnes Monica serta duo Maia memiliki gaya berbusana yang mirip dengan gaya Gothic Lolita ini.

Sweet Lolita adalah gaya yang diadaptasi dari manga atau komik Jepang yang merupakan fantasi anak-anak terhadap seorang Lolita. Maka jadilah gaya yang terlihat childish seperti ruffle yang tebal, sepatu platform dengan hak tinggi, rambut berkepang, pita besar sebagai aksesori dan lain-lain.

Warna-warnanya pun biasanya adalah warna-warna terang atau lembut yang girly sekali. Walaupun sepatu Sweet Lolita terlihat tebal dan tinggi, namun ternyata di antara gaya Lolita lainnya, sepatu yang dipakai Sweet Lolita masih tergolong rendah. Aksesori yang digunakan untuk pun tidak kalah "nyeleneh" seperti tas buah, gantungan kunci yang banyak, serta aksesori lain yang berwarna terang benderang.

Artis Indonesia yang identik dengan gaya ini adalah Pingkan Mambo, sementara artis internasional yang memiliki gaya manis seperti boneka ini adalah aktris veteran Shirley Temple serta penyanyi Gwen Stefani.

Classic Lolita adalah gaya yang diadaptasi dari gaya-gaya yang populer pada abad pertengahan seperti gaya anggota kerajaan Marie Anttoinette dari Prancis ataupun gaya Juliet dari karya roman Romeo dan Juliet milik Shakespeare.

Lolita terakhir adalah Wa Lolita. Wa Lolita sendiri memadukan gaya busana tradisional Jepang yaitu Kimono dengan gaya Lolita modern. Sehingga wanita-wanita yang mengenakan gaya ini mirip seperti boneka Jepang yang sedang berjalan, lengkap dengan bakiaknya.

Nah, bagaimana dengan pria bergaya Lolita? Ternyata gaya mereka mengadaptasi dari gaya Victorian zaman dulu. Pria-pria ini juga mengenakan make-up. Hanya kadar ketebalannya saja yang berbeda.

Gaya Harajuku lainnya yang cukup populer termasuk di sini adalah Cosplay yang merupakan singkatan dari costume play, yaitu berperan sebagai karakter favorit dengan mengenakan kostum karakter tersebut.

Karakter yang diikuti biasanya adalah karakter hero ataupun penjahat seperti yang ada di anime atau film-film kartun Jepang, manga, sampai video games. Sebut saja gaya pakaian kartun Sailor Moon, Tuxedo Bertopeng, City Hunter, sampai tokoh Sora dari video games Kingdom Heart. Bahkan, anak-anak pun tak mau kalah lho.

Gaya Cosplay favorit yang mereka tiru kebanyakan adalah tokoh-tokoh kartun dari program anak Nickelodeon. Artis Indonesia yang sering meniru gaya Cosplay adalah anggota grup musik J-Rock.

Masih ada gaya Harajuku lain yang tidak kalah funky dan punya penggemar tersendiri. Gaya Kogal misalnya. Kogal yang juga mirip dengan gaya Gongaru ini sering juga disebut gaya Kogyaru. Sepatu boots bersol datar baik tinggi maupun rendah, rok supermini, make up supertebal, rambut warna-warni, kaus kaki tinggi yang mencapai atas lutut, sampai aksesori besar adalah peralatan yang dibutuhkan jika Anda ingin bergaya Kogal atau Kogyaru.